Tempat Mata-Mata



Malam itu, hari itu, kenangan itu, masa itu, selalu teringat jelas diotakku.
Tempat ini mungkin menjadi saksi mata perjalanan kita. Tempat ini tau semua tentang kita. Tempat ini mungkin tau apa yang aku tidak ketahui. Tempat ini menjadi masa terindah sekaligus masa terburuk bagiku.

Kenangan yang kita buat, hal manis yang kamu lakukan, cadaan kita, tawa kecil kita, pelukan kita, selalu menjadi kerinduan tersendiri saat aku berada disini. Tempat ini melihat semuanya. Jika saja tempat ini, bunga-bunga yang mengelilingi dan mempercantik tempat ini, lampu dan kursi-kursi ini bisa membuka matanya dan berbicara saat aku berada disini, mungkin mereka akan menceritakan apa yang terjadi diantara kami berdua.

Dulu sebelum aku mengenalmu, aku memang sudah sering berada disini. Sendiri. Dan menulis disebuah buku kecil tentang apa yang aku alami. Mungkin setiap hari aku datang kesini. Tempat ini memang mebuatku tenang, aku merasa nyaman saat berada ditempat ini. Tangis, tawa, selalu diketahui oleh tempat ini. Sampai akhirnya dia datang dan mengajak berkenalan. Entah dia mengenalku dari mana. Tapi penjelasannya, dia sering melihatku duduk sendiri ditempat indah ini. Masa perkenalan itu sangat aneh bagiku. Dia mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya.
            “Barry’ sebutnya.
Tanpa dipersilahkan duduk, dia duduk disampingku. Masih teringkat jelas awal perkenalan kita. Masih teringat jelas mimik wajahnya saat pertama kali kami berkenalan.

Entah mengapa, sejak kejadian aneh itu, kami mulai dekat. Mungkin karena kami sama-sama sering datang ketempat indah ini. Tapi saat aku berada di tempat ini, aku tidak pernah melihatnya. Entah karena aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri dan tidak memikirkan orang lain atau dia hanya tiba-tiba mengajak-ku berkenalan. Aku tidak tahu. Tapi yang pasti sore itu, tepat saat kami berkenalan itulah awal kedekatan kami. Kita saling membuka diri masing-masing. Entah kenapa dengan kehadiran dia disampingku dan menemani hari-hariku khususnya saat aku berada ditempat ini aku merasa sangat bahagia. Aku adalah tipe orang yang tertutup tapi dengan kehadiranmu saat itu, aku malah menjadi orang yang terbuka. Hanya kepada dia. Tidak kepada orang lain. Mungkin aku menemukan titik kenyamananku. Yaitu bersama dia, dan berada disamping dia.

Kedekatan itu berlanjut, kami saling tertawa bersama, bercerita, tidak hanya ditempat itu saja, kami mulai jalan bersama hanya berdua selayaknya seorang insan laki-laki dan perempuan lainnya.

Tepat 1 tahun perkenalan kami. Tanggal 23. Dan kamu juga berada disitu. Ditempat yang sama. Kami saling mengejek bagaimana anehnya perkenalan kami. Kami sudah menjadi sahabat, walaupun tidak ada percakapan dari masing-masing diri kita. Tetapi dengan kedekatan kita ini yang mengenal satu sama lain, kedekatan ini bisa dikatakan sebuah persahabatan. Mulai pukul 4 kami berada disini dan sekarang menunjukan pukul 7. Entah mengapa kami berdua sangat betah berada ditempat ini. Berjam-jam rasanya masing terasa beberapa menit bagi kami.


Kedekatan kami menimbulkan rasa asing pada diriku. Rasanya hari ini kosong jika tidak ada kehadiranmu. Mungkin sela-sela kosong dihati ini mulai terisi oleh butir-butir namamu. Ya, aku mulai suka denganmu. Tidak ada satu orang-pun yang tau tentang perasaan ini. Hanya aku. Bahkan kepada orang yang sangat aku percaya sekalipun. Haha bagaimana aku akan menceritakan kepadanya tenang siapa yang sudah berhasil masuk ke dalam hatiku, kalau orang itu sendiri adalah orang yang paling aku percaya?

Kedekatan kami hampir menginjak 2 tahun, dan perasaan ini juga masih terkubur. Aku mengira hanya akulah yang menyukainya. Dalam artian, cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Tetapi, tiba-tiba kata-kata itu terlontar dari bibirnya. Kata-kata yang sama sekali tidak aku sangka. Dia menyatakannya. Menyatakan perasaanya. Perasaan sayang kepada orang yang ia sayang. Dan itu aku. Semua kejadian itu terekam jelas oleh tempat ini. Tempat ini mungkin memiliki yang tidak akan habis. Mungkin jika rekaman itu bisa diputar kembali, tidak akan habis selama 1 minggu. Begitu panjang kisah kita. Dari awal perkenalan, kedekatan, sampai kata-kata itu terlontar. Anggungkan dan senyuman kecil cukup menandakan bahwa aku menerimanya. Janji kita, jabatan kelingking kita, pelukan kita sungguh sudah menunjukan bahwa kita mencintai satu sama lain. Cintaku yang bertepuk sebelah tanggan ternyata hanyalah anggapanku saja. Kami saling mencintai dalam kenyataan yang ada. Akhirnya hubungan kami menjadi jelas. Dengan ucapan itu, kekasih adalah perumpamaan hubungan kita. Pepatah yang mengatakan bahwa dari pertemanaan dekat antara seorang perempuan dan seorang laki-laki akan berujung menyukai satu sisinya saja ternyata salah. Tidak hanya satu sisi, tapi keduanyaJ

Hari-hari setelah pukul 7 malam itu, kami menjadi sepasang kekasih yang bahagia. Tidak seperti pasangan yang lain. Kami berbeda. Cara kami berbeda. Ceria adalah rasa hatiku saat berasamaamu. 1, 2, 3 tahun telah kami lewati sebagai sepasang kekasih. Dan jika dihitung sejak awal pekenalan itu hampir 5 tahun kedekatan kami. Dan tempat ini juga selalu menjadi rekaman terindahnya. Senang dan duka, kemesraan dan kesalah pahaman diantara kita sudah sering kami lewati. Kita benar-benar tau bagaimana cara menyeselesaikan masalah. Memperlakukan satu sama lain agar hubungan ini tetap terjaga. Tetapi sebagaimana-pun kami mempertahankan hubungan, disetiap cobaan-cobaan atau masalah yang kami hadapi, pasti selalau ada ketakutan jika hubungan ini akan kandas. Aku selalu dihantui rasa takut akan perpisahaan jika ada maslaah yang melanda diantara kita. Tapi untuk saat ini masalah-masalah itu selalu dapat terselesaikan dengan baik dan tidak menyisakan kepedihan. Walau disetiap masalahnya selalu ada tangis. Tetapi tangis itu menjadi rasa bahagia kembali saat tau masalah dapat terselesaikan dan tidak berujung perpisahaan.

Aku terlalu sayang padamu. Aku tidak pernah merasakan kedekatan begitu dekat dengan seorang laki-laki selain kamu dan ayahku. Aku terlalu selektif untuk memilih orang-orang yang bisa masuk kedalam hidupku. Dan kamu salah satunya. Kita sudah mengenal begitu dalam, keluargamu sudah tau bagaimana aku. Dan begitupun sebaliknya.

Dan ada disuatu hari dimana tuhan menguji kebersamaan kami untuk kesekian kalinya. Kami berusaha menyelesaikan masalah itu, ditempat biasa kami bertemu. Kami mencoba saling mengerti satu sama lain saat berbicara empat mata. Isak tangis tidak dapat dibendung lagi. Entah apa aku aku pikirkan, ketakutan yang selama ini aku takutkan malah terjadi dan ini akulah penyebabnya. Kata-kata pepisahaan terlontar karena tekanan bantin yang aku rasakan saat itu. Kamu selalu mencoba mempertahankan hubungan ini. Selalu mengelak. Memberi pengertian kepadaku untuk berfikir tenang, untuk tidak memutuskan dengan pikiran singkat. Tetapi masalah ini lebih sulit dari apa yang aku dan kamu kirakan. Kamu akhirnya lelah untuk mempertahankan. Akhirnya perpisahaan adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal tepat pada hari ini adalah hari jadi kami untuk kali ke 4. Tapi malah berujung perpisahaan yang menyayat hati. Rasa sesal saat aku melontarkan kata-kata yang aku benci itu.

Sekarang hari-hariku kembali hampa. Tidak ada lagi kabar darimu, candamu yang kadanag-kadang tidak terlalu menyenagkan tetapi hanya untuk mencari topik, senyum-mu yang menggetarkan hati, pelukmu yang menghangatkan dingin tubuhku. Perpisahan inilah yang aku takutkan selama ini. Kami benar-benar tidak saling bertukar kabar lagi. Bahkan aku tidak tau bagaimana perasaanmu setelah pepisahaan itu. Aku masih sering ketempat indah ini, ketempat indah kita, sekedar untuk mencurahkan hati dan berharap ingin bertemu denganmu lagi, ditempat ini. Tetapi semuanya terasa abu-abu, kamu tidak berada disana. Mungkin kamu tidak ingin betemu denganku lagi. Atau mungkin kamu hanya takut untuk memulainya kembali? Jujur aku masih mencari kabarmu kesana kemari, tapi yang aku temukan hanyalah kekosongan. Aku benar-benar tidak tau kamu berada dimana. Rumahmu juga sudah tidak berpenghuni. Aku tidak tau kamu pergi dan sudah menemukan yang lain atau masih menungguku dan mengharapkan hubungan kita kembali.

Ketidak jelasan ini memutuskan aku untuk benar-benar tidak peduli kepadamu lagi. Aku mencoba untuk tidak mencari hal sekecil apapun tentangmu. Tapi aku masih sering ketempat kita (dulu).

Jika tuhan memberi kesempatan kita untuk bertemu lagi dan mempersatukan kita lagi. Aku tidak akan malu untuk memelukmu lagi. Dan jika tuhan memberikan aku kepercayaan kedua kalinya untuk bertemu denganmu lagi, sungguh, aku akan memulainya lagi bersamamu dan memulai kisah baru lagi bersamamu.



Comments

Popular posts from this blog

Balon Penyampai Pesan

Kepastian yang Tidak Pasti