Balon Penyampai Pesan


1bulan? 5bulan? 12bulan? 15bulan? 24bulan?
Apakah itu waktu yang sebentar?
Apakah itu waktu yang sebentar untuk menetahui diri seseroang sebegitu dalamnya?
Apakah itu waktu yang sebentar untuk mengena satu sama lain?
Aku rasa tidak.

Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun-tahun itulah yang aku rasa sangat berhaga saat aku benar-benar ada disampingnya. Kamu pasti tau. Aku adalah tipe orang yang susah untuk percaya kepada orang lain jika tidak benar-benar mengenalnya. Dan tetapi, Kamu malah mengetahui yang bagaimana diriku yang sebenar-benarnya. Kamu tau... kamu benar-benar mengenal diriku lebih dari orang yang pernah aku kenal.

Kamu pasti ingat janji yang kita buat dulu bukan? Kita adalah saudara, keluarga, sahabat, teman. Kamu adalah kakak ke-2ku, adikku, sahabatku, orang tuaku, saudaraku, temanku, dan aku juga adalah sebagaimana aku menggapmu. Kita begitu dekat, hari-hariku tidak lengkap rasanya jika tidak mendengar tawamu, tidak melihat senyum yang kamu berikan walaupun hanya senyuman kecil. Tapi bagiku itu sangat menyentuh hati terdalamku. Kamu tau bagaimana memperlakukan seorang perempuan. Kamu tau bagaimana mencintai orang dengan tepat. Kamu terlalu istimewa. Itulah yang kau rasakan.

Kebersamaan kita sudah berlangsung selama 2tahun, dan aku merasa benar-benar mengenalmu. Dan begitu juga kamu. Tapi ternyata aku salah. Ada yang aku tidak ketahui tentang dirimu. Rasa sakit yang kamu rasa, tidak pernah terbaca olehku. Betapa kamu sutradara yang handal. Setiap detailnya sudah tersusun secara rapi dan tidak ada sedikitpun kesalahan. Kamu mencoba tegar padahal rasa sakit itu sungguh membuatmu tertekan. Hai kamu yang berada diatas sana. Sungguh, jika aku mengetahui kamu akan pergi secepat ini aku akan membuat hari-hari terakhirmu, hari terakhir kita akan menjadi kenangan yang terindah dan takkan terlupakan. Kamu selalu bilang darah yang sering menetes dari hidungmu hanyalah mimisan biasa. Tapi ternyata, darah itulah yang menunjukan bahwa dirimu sudah tidak kuat lagi untuk melawan.

Aku bingung kenapa kamu tidak ingin jujur kepadaku tentang penyakit kankermu itu. Aku tau kamu menjaga perasaan ini agar tetap terjaga, tapi perpisahaan ini, perpisahan berbeda alam ini sangat tidak menyenangkan dan malah membuatku menjadi serba salah. Pertengkaran malam itu sungguh aku yakin sangat melukai hatimu apalagi itu adalah malam terakhir kita. Katamu yang sempat aku putuskan, sungguh ingin aku ulang kembali. Aku ingin mendengar kelanjutan ucapanmu itu, aku harap kelanjuannya adalah mengenai penyakitmu itu. Jadi dan pasti akan berbeda cerita nantinya. Tapi kenyataannnya tuhan terlalu menyayangimu. Tuhan memanggilmu terlalu cepat dan meninggalkan orang-orang yang mencintaimu disini.

Handphone ini berbunyi terus menerus dan aku tidak menggangkatnya satupun. Bila saja aku tau saat kamu menelfon itulah detik-detik dimana kamu ingin mendengar suaraku untuk terakhir kalinya. Bila saja aku tau kalau kamu menelfonku dengan tenaga terakhirmu. Sungguh aku tidak akan menyia-nyiakannya. Amarahku tentang pertengkaran kita waktu itu masih menutupi semuanya. Tuhan, andai waktu bisa dimundurkan pada hari itu tuhan, aku ingin sekali membuat kesan baik padanya, pada hari terakhirnya.

Rasa sedih, bersalah, amarah masih saja aku rasakan setelah 3bulan kepergianmu. Aku tidak henti-hentina menyalahkan diriku sendiri. Andai aku lebih dewasa saat itu, mungkin aku akan memberimu semangat untuk hidup walau hanya beberapa hari bahkan jam. Sungguh aku merindukan kamu sayang. Gelang pemberianmu putus sesaat handphoneku berbunyi. Dan aku mendapat kabar yang mengejutkan bawa kamu telah di panggil-Nya. Ternyata gelang itu adalah pertanda kepergianmu sayang. Sungguh air mata ini tidak bisa tertahankan saat aku mendengarnya. Aku merasa bersalah. Padahal satu hari setelah kematianmu adalah 25bulan anniversary kita. Rasa bersalah ini semakin menghantuiku.

Ibumu memberikan sesuatu kepadaku setelah beberapa bulan kepergianmu. Memang pesan terakhirmu adalah untuk memberikan buku ini kepadaku. “CATATAN KECIL” tertulis pada bagian depan buku. “untuk putri” buku itu tertulis. ‘hi put, jujur gue mengagummin lo sejak kita satu sekolah. Baby face lo, tawa lo selalu gue perhatiin dari kejauhan. Selalu ada senyum kecil saat melihat lo”. Itulah halaman pertama pada buku ini. Ada tawa kecil dn flashback saat membaca ini. “kelas 10 awal mungkin gue gaberani buat berkenalan secara langsung sama lo. Tapi saat gue udah bisa bener-bener beradaptasi dengan suasana baru di sma, gue memberanikan diri buat kenalan sama lo. Dan kesan pertama benar-benar membuat gue kagum saat tau respon lo sangat baik. Gue bener-bener jatuh cinta sama lo put.” GR, itulah yang aku rasakan. Andai dia masih berada disampingku, aku akan mengejeknya samapi ia kesal mungkin, tapi kenyataan yang ada tidak. Jiwa dan raganya sudah tidak ada disampingku lagi. Aku ingat semenjak perkenalan itu kamu semakin dekat dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Teman-teman kita bilang bawha kita adalah pasangan yang serasi. Dan selalu ada tawa saat mendengar kata-kata itu.

“maaf aku gabisa jujur tentang perasaan aku put, aku takut kamu terbebani sama penyakit-ku ini. Aku gamau buat orang susah apalagi kamu, orang yang paling aku sayang. Bukan aku gamau jujur, aku menjaga perasaan kamu dan hubungan kita. Maaf put, aku aku gabisa menjadi laki-laki yang bisa melindungi kamu sampai kita lulus, karena aku rasa umur aku ga akan lama lagi. Kanker ini sudah memasuki stadium 4 dan dokter hanya memperkirakan umur aku hanya tinggal 6 bulan lagi. Maaf tentang janji-janji yang aku buat dan ga bisa aku tepatin. Tubuh ini udah gabisa berkompromi lagi” air mata mulai menetes dan membuat pipi ini yang tadinya kering menjadi basah. Tawa yang tadinya terjadi secara spontan tetapi menjadi raut majah yang sedih. Lembar demi lembar aku baca dengan dada yang sesak. Sungguh sayangnya kamu padaku dimas. Tapi puncak tangisku berada pada halaman terakhir “putri, maaf aku rasa umurku aku tinggal menghitung jam lagi, penyakit ini sudah mengerogoti tubuhku ini dan membuat aku tidak berdaya lagi. Maaf atas pertengkaran kita tadi, sungguh aku ingin membuat kesan baik pada hari terakhir kita tapi kesalah pahaman terjadi. Aku ingin menjelaskan sesuatu sama kamu, tapi kamu terlanjur marah dan tidak bisa memberikan aku kesemapatan. Aku ingin mejelaskan tentang penyakit ini agar kamu tidak terlalu terkejut bila tiba-tiba aku pergi dengan mendadak. Telfon dan sms tidak ada yang kamu balas atupun, saat ini aku benar-benar butuk kamu put. Hanya untuk mendengar suara dan wajah manismu itu. Tapi aku mengerti. Janji sama aku, kamu harus masuk universitas impian kamu put, janji sama aku kamu harus jadi penulis dan sutradara yang tekenal, janji sama aku kamu akan menjadi orang yang sukses nantinya. Aku akan tersenyum diatas sana kalau melihat kamu bahagia di alam yang berbeda. Jangan larut dalam tangisan karena kepergian aku ya put. Ini pinta terakhirku untuk kamu. Semoga kamu bahagia dengan yang lain ya put. Aku berharap kamu akan beretmu dengan laki-laki yang lebih dari aku, yang bisa jaga kamu dengan baik, dan ga ninggalin kamu untuk selamanya. You always be my favorite girl my baby. I love you so much forever” goresan terakhir kamu dim, sungguh sangat menyasat hati terdalamku. Sungguh penyesalan yang ada sekarang. Pepatah memang benar bukan penyesalan namanya bila datang diawal cerita.

Halaman demi halaman kamu tulis menjadi sebuah buku kecil. Setiap halamannya menjadi tidak terlalu jelas setiap katanya. Mungkin karena kamu tidak sanggup lagi. Tapi sungguh aku tidak bisa menahan air mataku. Aku sangat menyesal. Aku ingin kamu tau, aku cinta kamu apa adanya, terserah kamu sakit atau tidak. Aku mecintaimu dengan sepenuh hatiku. Aku mau jadi cinta yang benar-benar menjadi sebuah kenangan terindah bagimu.

Aku mencoba menutup buku ini, mencoba melupakan sejenak dan tidak menagis dalam larut kesedihan. Tapi sebuah foto terjatuh dari selip-selip buku. Tuhan, betapa romantisnya dia, pada saat dia pergi tetapi malah memberi kenangan terindah. Lembaran-lembaran foto kebersaman kami disususun rapi dihalaman-halaman paling belakang dari buku ini. Sungguh aku iri padamu yang bisa membuat kenangan yang begitu indahnya untuk seseorang yang kamu cintai.

Terpapar jelas tulisanmu disudut bawah “mungkin saat kamu membaca buku ini, aku sudah tidak ada put, tapi buku ini mewakili cintaku padamu. I love you” jerit tangis akhirnya terdengar lagi, kenangan kita selama 2 tahun, sudah tidak bisa aku lupakan dari benak-ku. Aku masih tidak bisa menerima kepergianmu sunggu. Bagiku kamu terlalu cepat meninggalkan aku.

Tuhan, jaga dia disana, tolong buat ia tersenyum selamanya. Jangan buat ia menangis lagi, cukup didunia ia merasakan tangis karena penyakitnya. Lindungi dia sebagaimana dia melindungiku. Aku sayang dia tuhan, hanya dengan doa aku bisa menjaganya dari alam yang berbeda. Aku serahkan dia padamu tuhan, aku akan mencoba mengikhlaskan kepergiannya. Aku menepai janjiku sayang, tidak menangis dan mengikhlaskan kepergianmu. Aku ingin kamu tau, disana kamu akan melihat aku menjadi orang yang sukses. Menjadi penulis dan sutradara yang handal walaupun  tidak akan seberhasil dirimu yang menyusun skenario dengan begitu sempurnanya. Dan aku janji, kamu akan selalu ada dihatiku walau hanya setitik. Aku sayang kamu. Buku ini akan selalu berada dibawah bantalku untuk mengingatkanku padamu.

*2tahun setelah kepergianmu*
“To: seseorang yang berada diatas sana.
From: kekasih yang mencintaimu.
            Aku tau kamu tersenyum diatas sana. Tepat hari ini dan ditempat yang sama. Ini adalah 4tahun hari jadi kita. Dan aku tetap sayang padamu. Semoga kamu tenang diatas sana, doaku selalu bersamamu. Aku yakin kamu adalah salah satu hamba-Nya yang disayang. Aku bahagia disini walau tanpa ragamu disampingku. Karena aku yakin hatimu selalu ada didalam jiwa dan ragaku.”
Sebuah balon aku terbangkan dengan tempelan sebuah surat disalah satu bagiannya. Aku harap balon ini akan sampai padamu. Tutur doa, kata demi kata akan aku panjatkan setiap hari untukmu, dimas!


Comments

  1. wkwkwkkw keren di keren,ini yang pernah lo kasih ke gw kan ceritanya???

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tempat Mata-Mata

Kepastian yang Tidak Pasti